Rabu, 22 Mei 2013
ayam goreng
Pada waktu itu aku pulang dari kampus sekitar pukul 20:00 karena ada
kuliah malam. Sesampainya di tempat kost, perutku minta diisi. Aku
langsung saja pergi ke warung tempat langgananku di depan rumah. Warung
itu milik Ibu Sari, umurnya 30 tahun. Dia seorang janda ditinggal mati
suaminya dan belum punya anak. Orangnya cantik dan bodynya bagus. Aku
melihat warungnya masih buka tapi kok kelihatannya sudah sepi. Wah,
jangan-jangan makanannya sudah habis, aduh bisa mati kelaparan aku
nanti. Lalu aku langsung masuk ke dalam warungnya. Tante.. Eee.. Dik
Sony, mau makan ya Eee.. ayam gorengnya masih ada, Tante Aduhh.. udah
habis tuch, ini tinggal kepalanya doang. Waduhh.. bisa makan nasi tok
nich.. kataku memelas. Kalau Dik Sony mau, ayo ke rumah tante. Di rumah
tante ada persediaan ayam goreng. Dik Sony mau nggak Terserah Tante
aja dech.. Tunggu sebentar ya, biar Tante tutup dulu warungnya Mari
saya bantu Tante. Lalu setelah menutup warung itu, saya ikut dengannya
pergi ke rumahnya yang tidak jauh dari warung itu. Sesampai di
rumahnya.. Dik Sony, tunggu sebentar ya. Oh ya, kalau mau nonton TV
nyalakan aja.. ya jangan malu-malu. Tante mau ganti pakaian dulu.. Ya
Tante.. jawabku. Lalu Tante Sari masuk ke kamarnya, terus beberapa saat
kemudian dia keluar dari kamar dengan hanya mengenakan kaos dan celana
pendek warna putih. Wow keren, bodynya yang sexy terpampang di mataku,
puting susunya yang menyembul dari balik kaosnya itu, betapa besar dan
menantang susunya itu. Kakinya yang panjang dan jenjang, putih dan
mulus serta ditumbuhi bulu-bulu halus. Dia menuju ke dapur, lalu aku
meneruskan nonton TV-nya. Setelah beberapa saat. Dik.. Dik Sony.. coba
kemari sebentar Ya Tante.. sebentar.. kataku sambil berlari menuju
dapur. Setelah sampai di pintu dapur. Ada apa Tante? tanyaku. E.. Tante
cuman mau tanya, Dik Sony suka bagian mana.. dada, sayap atau paha
Eee.. bagian paha aja, Tante.” kataku sambil memandang tubuh
Tante Sari yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Tubuhnya begitu
indah. Dik Sony suka paha ya.. eehhmm.. katanya sambil menggoreng ayam.
Ya Tante, soalnya bagian paha sangat enak dan gurih. kataku. Aduhh
Dik.. tolong Dik.. paha Tante gatel.. aduhh.. mungkin ada semut nakal..
aduhh.. Aku kaget sekaligus bingung, kuperiksa paha Tante. Tidak ada
apa-apa. Nggak ada semutnya kok Tante.. kataku sambil memandang paha
putih mulus plus bulu-bulu halus yang membuat penisku naik 10%. Masak
sih, coba kamu gosok-gosok pakai tangan biar gatelnya hilang. pintanya.
Baik Tante.. lalu kugosok-gosok pahanya dengan tanganku. Wow, begitu
halus, selembut kain sutera dari China. Bagaimana Tante, sudah hilang
gatelnya Lumayan Dik, aduh terima kasih ya. Dik Sony pintar dech..
katanya membuatku jadi tersanjung. Sama-sama Tante.. kataku. Oke,
ayamnya sudah siap.. sekarang Dik Sony makan dulu. Sementara Tante mau
mandi dulu ya. katanya. Baik Tante, terima kasih, kataku sambil memakan
ayam goreng yang lezat itu. Disaat makan, terlintas di pikiranku tubuh
Tante Sari yang telanjang. Oh, betapa bahagianya mandi berdua
dengannya. Aku tidak bisa konsentrasi dengan makanku. Pikiran kotor itu
menyergap lagi, dan tak kuasa aku menolaknya. Tante Sari tidak
menyadari kalau mataku terus mengikuti langkahnya menuju kamar mandi.
Ketika pintu kamar mandi telah tertutup, aku membayangkan bagaimana
tangan Tante Sari mengusap lembut seluruh tubuhnya dengan sabun yang
wangi, mulai dari wajahnya yang cantik, lalu pipinya yang mulus,
bibirnya yang sensual, lehernya yang jenjang, susunya yang montok, perut
dan pusarnya, terus vaginanya, bokongnya yang montok, pahanya yang
putih dan mulus itu. Aku lalu langsung saja mengambil sebuah kursi agar
bisa mengintip lewat kaca di atas pintu itu. Di situ tampak jelas
sekali. Tante Sari tampak mulai mengangkat ujung kaosnya ke atas hingga
melampaui kepalanya. Tubuhnya tinggal terbalut celana pendek dan BH,
itu pun tak berlangsung lama, karena segera dia melucutinya. Dia
melepaskan celana pendek yang dikenakannya, dan dia tidak memakai CD.
Kemudian dia melepaskan BH-nya dan meloncatlah susunya yang besar itu.
Lalu, dengan diguyur air dia mengolesi seluruh tubuhnya dengan sabun
LUX, lalu tangannya meremas kedua susunya dan berputar-putar di
ujungnya. Kejantananku seakan turut merasakan pijitannya jadi membesar
sekitar 50%. Dengan posisi berdiri sambil bersandar tembok, Tante Sari
meneruskan gosokannya di daerah selangkangan, sementara matanya
tertutup rapat, mulutnya menyungging. Beberapa saat kemudian.. Ayo, Dik
Sony.. masuk saja tak perlu mengintip begitu, kan nggak baik, pintunya
nggak dikunci kok! tiba-tiba terdengar suara dari Tante Sari dari
dalam. Seruan itu hampir saja membuatku pingsan dan amat sangat
mengejutkan. Maaf yah Tante. Sony tidak sengaja lho, sambil pelan-pelan
membuka pintu kamar mandi yang memang tidak terkunci. Tetapi setelah
pintu terbuka, aku seperti patung menyaksikan pemandangan yang tidak
pernah terbayangkan. Tante Sari tersenyum manis sekali dan.. Ayo sini
dong temani Tante mandi ya, jangan seperti patung gicu Baik Tante..
kataku sambil menutup pintu. Dik Sony.. burungnya bangun ya? Iya
Tante.. ah jadi malu saya.. abis Sony liat Tante telanjang gini mana
harum lagi, jadi nafsu saya, Tante.. Ah nggak pa-pa kok Dik Sony, itu
wajar.. Dik Sony pernah ngesex belum Eee.. belum Tante.. Jadi, Dik Sony
masih perjaka ya, wow ngetop dong.. Akhh.. Tante jadi malu, Sony.
.Waktu itu bentuk celanaku sudah berubah 70%, agak kembung, rupanya
Tante Sari juga memperhatikan. Dik Sony, burungnya masih bangun ya? Aku
cuman mengangguk saja, dan diluar dugaanku tiba-tiba Tante Sari
mendekat dengan tubuh telanjangnya meraba penisku. Wow besar juga
burungmu, Dik Sony.. sambil terus diraba turun naik, aku mulai
merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan. Dik Sony.. boleh dong
Tante liat burungnya? belum sempat aku menjawab, Tante Sari sudah
menarik ke bawah celana pendekku, praktis tinggal CD-ku yang tertinggal plus kaos T-shirtku. Oh.. besar sekali
dan sampe keluar gini, Dik Sony. kata Tante sambil mengocok penisku,
nikmat sekali dikocok Tante Sari dengan tangannya yang halus mulus dan
putih itu. Aku tanpa sadar terus mendesah nikmat, tanpa aku tahu,
penisku ternyata sudah digosok-gosokan diantara buah dadanya yang
montok dan besar itu. Ough.. Tante.. nikmat Tante.. ough.. desahku
sambil bersandar di dinding. Setelah itu, Tante Sari memasukkan penisku
ke bibirnya, dengan buasnya dia mengeluar-masukkan penisku di mulutnya
sambil sekali-kali menyedot, kadang-kadang juga dia menjilat dan
menyedot habis 2 telur kembarku. Aku kaget, tiba-tiba Tante Sari
menghentikan kegiatannya. Dia pegangi penisku sambil berjalan ke arah
bak mandi, lalu Tante Sari nungging membelakangiku, sebongkah pantat
terpampang jelas di depanku. Dik Sony.. berbuatlah sesukamu.. kerjain
Tante ya?! Aku melihat pemandangan yang begitu indah, vagina dengan
bulu halus yang tidak terlalu lebat. Lalu langsung saja kusosor
vaginanya yang harum dan ada lendir asin yang begitu banyak keluar dari
vaginanya. Kulahap dengan rakus vagina Tante Sari, aku mainkan lidahku
di klitorisnya, sesekali kumasukkan lidahku ke lubang vaginanya. Ough
Sonn.. ough.. desah Tante Sari sambil meremas-remas susunya. Terus
Son.. Sonn.. aku semakin keranjingan, terlebih lagi waktu kumasukkan
lidahku ke dalam vaginanya ada rasa hangat dan denyut-denyut kecil
semakin membuatku gila. Kemudian Tante Sari tidur terlentang di lantai
dengan kedua paha ditekuk ke atas. Ayo Dik Sony.. Tante udah nggak
tahan.. mana burungmu Son? Tante udah nggak tahan ya? kataku sambil
melihat pemandangan demikian menantang, vaginanya dengan sedikit rambut
lembut, dibasahi cairan harum asin demikian terlihat mengkilat, aku
langsung menancapkan penisku di bibir vaginanya. Aoghh.. teriak Tante
Sari. Kenapa Tante.. tanyaku kaget. Nggak.. Nggak apa-apa kok Son..
teruskan.. teruskan.. Aku masukkan kepala penisku di vaginanya. Sempit
sekali Tante.. sempit sekali Tante? Nggak pa-pa Son.. terus aja..
soalnya udah lama sich Tante nggak ginian.. ntar juga enak kok.. Yah,
aku paksa sedikit demi sedikit, baru setengah dari penisku amblas.
Tante Sari sudah seperti cacing kepanasan menggelepar kesana kemari.
Ough.. Son.. ouh.. Son.. enak Son.. terus Son.. oughh.. desah Tante
Sari, begitu juga aku walaupun penisku masuk ke vaginanya cuman
setengah tapi kempotannya sungguh luar biasa, nikmat sekali. Semakin
lama gerakanku semakin cepat, kali ini penisku sudah amblas dimakan
vagina Tante Sari. Keringat mulai membasahi badanku dan badan Tante
Sari. Tiba-tiba Tante Sari terduduk sambil memelukku dan mencakarku.
Oughh Son.. ough.. luar biasa.. oughh.. Sonn.. katanya sambil merem
melek. Kayaknya aku mau orgasme.. ough.. penisku tetap menancap di
vagina Tante Sari. Dik Sony udah mau keluar ya? Aku menggeleng, kemudian
Tante Sari terlentang kembali. Aku seperti kesetanan menggerakkan
badanku maju mundur, aku melirik susunya yang bergelantungan karena
gerakanku, aku menunduk, kucium putingnya yang coklat kemerahan. Tante
Sari semakin mendesah, Ough.. Sonn.. tiba-tiba Tante Sari memelukku
sedikit agak mencakar punggungku. Oughh.. Sonn.. aku keluar lagi..
Vaginanya kurasakan semakin licin dan semakin besar, tapi denyutannya
semakin kerasa. Aku dibuat terbang rasanya. Ah, rasanya aku sudah mau
keluar. Sambil terus goyang, kutanya Tante Sari. Tante.. aku keluarin
di mana Tante.. Di dalam boleh nggak.. Terseraahh.. Soonn.. desah Tante
Sari. Kupercepat gerakanku, burungku berdenyut keras, ada sesuatu yang
akan dimuntahkan oleh penisku. Akhirnya semua terasa enteng, badanku
serasa terbang, ada kenikmatan yang sangat luar biasa. Akhirnya
kumuntahkan laharku dalam vagina Tante Sari, masih kugerakkan badanku
dan rupanya Tante Sari orgasme kembali lalu dia gigit dadaku, Oughh..
Dik Sony.. Sonn.. kamu memang hebat.. Aku kembali mangenakann CD-ku
serta celana pendekku. Sementara Tante Sari masih tetap telanjang,
terlentang di lantai. Dik Sony.. kalo mau beli makan malam lagi yah..
jam-jam sekian aja ya.. kata Tante Sari menggodaku sambil memainkan
puting dan klitorisnya yang masih nampak bengkak. Tante ingin Dik Sony
sering makan di rumah Tante ya.. kata Tante Sari sambil tersenyum
genit. Kemudian aku pulang, aku jadi tertawa sendiri karena kejadian
tadi. Ya gimana tidak ketawa cuma gara-gara Ayam Goreng aku bisa
menikmati indahnya bercinta dengan Tante Sari. Dunia ini memang indah.
Tamat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar