Perkenalanku dengan Miss D yaitu dari hasilku berchatting ria di
Internet. Pada awal chatting, Miss D udah sudah begitu terbuka tentang
dirinya. Dia bercerita kalau asli dari kota Mal*ng. Dia bercerita bahwa
dirinya sudah pernah dekat dengan cowok yang membawanya kejak**ta.
Padaku dia mengaku saat ini dia lagi kosong. Kedekatannnya terakhir
dengan cowok adalah dengan seorang yang dia anggap terlalu cepat untuk
minta lebih pada tahap awal perkenalan. Dia bilang cowok tersebut udah
minta ML segala.
Memang untuk membina hubungan dengan seorang
cewek agar si cowok dapat merasakan kehangatan tubuh si cewek, itu perlu
cara dan kesabaran tersendiri. Pada dasarnya, cewek tidak menyukai
cara-cara yang vulgar dan kelihatan memaksa agar dia mau memberi
kehangatan pada si cowok, walaupun si cewek menyukai si cowok tersebut.
Masalah berapa lama waktu yang diperlukan dalam pendekatan, itu relatif.
Bahkan tak jarang dalam perjumpaan pertama sekalipun, si cowok sudah
bisa mengajak si cewek untuk bersenggama, bersetubuh, ML, ngentot, atau
entah apapun namanya. Seperti pengalamanku dengan si Miss D ini.
Pada
awal itu pula Miss D, begitu aku minta, bersedia memberikan nomor
handphonenya. Dan komunikasipun kami lanjutkan dengan pembicaraan
telepon. Di telepon dia bercerita pengalaman pertama dengan pacarnya.
Secara terbersit, dia mengakui bahwa dia sudah pernah berhubungan intim
dengan pacarnya tersebut. Namun pada saat itu aku belum mengetahui
apakah dia masih perawan atau tidak akibat hubungannya dengan pacar
pertamanya itu.
Akhirnya, setelah beberapa kali berkomunikasi
melalui telepon, aku mengajaknya untuk bertemu langsung. Dia segera
menyetujui ajakanku tersebut. Kami bersepakat untuk bertemu di Atrium
Senen dengan pertimbangan lokasi tersebut cukup netral dari tempatku dan
rumahnya yang terletak disekitar daerah Cawang. Waktu pertemuan kami
sepakati sekitar jam 19.30. Sedangkan tempat pertemuannya adalah di kafe
Cappucino di lantai 2 Atrium.
Dan pada hari yang memang sudah
aku tunggu-tunggu, yaitu sekitar pertengahan Pebruari 2008, aku sengaja
menunggu terlebih dulu di tempat yang telah kita sepakati. Aku memilih
tempat duduk di luar ruangan kafe agar nantinya Miss D lebih mudah
menemukan diriku, Kami telah saling bertukar ciri-ciri kami
masing-masing. Aku beritahu dia bahwa aku mengenakan kemeja putih dan
jeans, sedangkan Miss D akan memakai kaos biru dengan rok jeans. Aku
suka ini. Aku suka cewek yang memakai rok. Pertama, cewek yang memakai
rok terkesan lebih feminin. Kedua, itu nantinya akan lebih memudahkan
aktivitas ku terhadap cewek itu selanjutnya, jika situasi memungkinkan.
Tentu para pembaca paham apa yang aku maksudkan dengan "aktivitas
selanjutnya" itu, bukan ? he…he…he.
Setelah menunggu sekitar 20
menit, sambil celingak-celinguk memantau kehadiran cewek yang aku
tunggu-tunggu. Aku dikejutkan dengan teguran pelan dari suara di arah
belakangku. Dan seketika kutoleh, suara itu ternyata berasal dari
seorang wanita yang ciri-cirinya sama dengan ciri-ciri wanita yang
kunanti-nanti.
"Anton yah…?" Sapa wanita itu dengan suaranya yang
lebih manja dan lebih enak didengar ketimbang suaranya yang selama ini
kudengar melalui telepon.
"Iya. Kamu Miss D, khan ? Balasku singkat.
Aku
sedikit agak terpana dan seketika tersadar ketika aku harus membalas
uluran tangannya yang meminta jabatan tangan. Kuperhatikan cewek ini
lekat-lekat. Miss D lebih manis ketimbang foto yang dia berikan kepadaku
melalui emailnya. Dengan tinggi sekitar 160, berat 55, bra kutaksir dia
memakai ukuran 34 B, dan kulit kuning langsat, Miss D kelihatan seksi
dan sensual dengan setelan kaos biru sedikit ketat dan bawahannya yang
dibalut dengan rok jeans selutut. Aku baru tersadar dan segera
mempersilahkannya untuk mengambil tempat duduk. Lalu dia menghempaskan
pantatnya yang begitu kelihatan seksi di kursi dihadapanku.
"Udah
lama yah nunggunya?" tanyanya. Sebelum aku menjawab, aku sudah terlebih
dahulu melambaikan tanganku ke waitress. Aku sudah lebih dahulu meminum
hot cappuccino yang sudah habis setengahnya, sembari menghisap rokokku.
"Nggak juga sih. Yah, sekitar 20 menit. Oh ya, kamu mau pesan apa?"
Aku memberikan daftar menu ke tangan Miss D. Sambil melipat kakinya, dia
membaca sekilas daftar menu tersebut. Sekilas kulirik kakinya. Kuning
langsat dan bersih. Aku nggak mau terlalu lama mengarahkan pandanganku
kesitu. Takut kepergok dan diketahui bahwa betapa bernafsunya aku
melihat dirinya.
"Aku orange jus aja deh"
"Kamu gak pesan makanan? kamu udah makan malam, belum?" Tanyaku.
"Nggak usah deh. Ntar aja. Aku udah makan tadi dirumah".
Satu
hal yang baru aku sadari dan kuketahui setelah menatap wajah cewek ini
adalah kelebihan matanya. Miss D memiliki mata yang indah. Sendu dan
menggairahkan. Terlihat seperti memiliki sex appeal yang tinggi.
Dia kelihatan sedikit agak canggung berhadapan langsung denganku.
Kusadari mungkin ini adalah 'blind date' atau 'kencan buta'nya yang
pertama. Untuk menghidupkan suasana aku berusaha sesantai mungkin.
Tampaknya usahaku berhasil. Dia bertambah relaks semakin lama. Dan
dengan obrolan seputar diri kami masing-masing, keakraban kami semakin
bertambah seiring dengan berlalunya waktu. Tak sadar waktu sudah
menunjukkan jam 9. Sudah 2 jam kami ngobrol di kafe Cappucino ini. Aku
lalu mengingatkan dia untuk makan malam lagi.
"Kita makan malam dulu yuk? Perutku juga sudah minta diisi nih."
"Dimana? Di Atrium sini aja?"
"Kita makan nasi uduk aja yuk. Aku tau tempat nasi uduk yang enak" Ajakku.
Aku
punya rencana dengan Miss D malam ini. Tentu saja rencana itu udah aku
susun sebelumnya. Kami pun beranjak dan menuju ke arah daerah Cempaka
Putih. Sesampainya di tempat tujuan, yaitu di depan hotel Cempaka Sari.
Aku bertanya kepada Miss D apakah dia mau makan di pinggir jalan atau
mau pesan nasi uduknya dan makan di Restoran hotel Cempaka Sari.
"Terserah
kamu aja". Aku gembira sekali dengan jawaban Miss D. Karena sangat
sesuai dengan rencanaku semula. Kami lalu memasuki pelataran hotel
Cempaka Sari dan langsung menuju restorannya. Aku lalu memesan kepada
waiter untuk dibelikan dua porsi nasi uduk, lalu dari restoran kami
memesan jus melon untukku dan teh manis hangat buat Miss D. Sambil
menunggu pesanan, kami lalu melanjutkan obrolan kami. Aku mulai berfikir
untuk melaksanakan rencanaku.
"Miss D, gimana kalo kita makannya
didalam aja? Biar lebih santai dan kita bisa ngobrol " Aku mulai
memancing Miss D dengan berusaha mengajaknya untuk check-in ke kamar.
"Ngapain? disini aja khan bisa Kayaknya Miss D udah bisa nebak deh
kemana arahnya " Jawabnya. Welehh, ternyata rencanaku terbaca olehnya.
"Bukan begitu, say. Kalo didalam khan bisa sambil nonton tv atau apa
kek." Aku harus lebih meyakinkan dirinya agar setuju dengan ajakanku.
"Iya aku tau. Tapi kamu udah merencanakan semua ini, khan? Kayaknya kamu juga udah sering kesini yah?"
"Lho… kamu kok bisa nebak seperti itu" ujarku tersenyum.
"Soalnya dari mana kamu tau di dalam ada TV segala. Hayoo…"
"Lha.. kalo masalah itu sih khan nggak harus aku mencoba dulu.
Biasanya kalau hotel seperti ini pasti setiap kamarnya dilengkapi dengan
TV"
"Sebenarnya kamu pingin apa sih dari aku? Udah deh, nggak
usah berbelit-belit dan berdalih macem-macem. Atau kita pulang aja
sekarang yah" Miss D kelihatannya mulai curiga dan cemas akan rencanaku.
Aku nggak mau rencanaku jadi buyar. Aku harus lakukan sesuatu agar
lebih meyakinkan cewek ini, pikirku.
"OK deh, kamu boleh pilih,
kalo kamu mau pulang sekarang, aku nggak bisa nganterin kamu. Karena aku
masih sangat capek. Aku mau beristirahat sebentar di kamar sambil makan
makanan yang udah dipesan. Kalo kamu mau ikut, ayo. Kalo nggak terserah
deh" Ujarku dengan nada sedikit mengancam. Aku pikir ini adalah upaya
terakhirku untuk menaklukkan Miss D agar mau ikut dengan rencanaku. Aku
lalu berdiri beranjak. Tak kuperdulikan Miss D yang terbengong-bengong
menatap dan memperhatikan gerakku.
"Kamu mau kemana? " Tanya Miss D.
"Aku mau pesan kamar. Aku pingin beristirahat di dalam sebentar." Aku
lalu menuju front office dan memesan kamar. Setelah melakukan
pembayaran, aku lalu balik menuju tempat duduk di restoran dimana Miss D
masih duduk terdiam, mungkin sambil berfikir.
"Kalo kamu mau ikut
aku, ayo. Kalo nggak, kamu bisa tinggal sebentar disini dan menunggu
makanan. Dan jika kamu mau pulang dianterin aku, tunggu aku sekitar 2
atau 3 jam, kalo nggak, kamu boleh pulang sendiri. Aku panggilin taksi.
Gimana?"
" Kamu emang licik, yah" ujar Miss D sambil terseyum dan
mengangkat pantatnya dari kursi. Kupikir dia akan memilih untuk pulang.
Ternyata dia berdiri disampingku bersiap untuk mengikutiku ke kamar
hotel. Siiipp, rencanaku berhasil. Dengan bisa mengajak cewek untuk
masuk ke kamar, itu berarti keberhasilan berikutnya sedang menunggu.
Sesampainya di kamar, Miss D lalu menyetel TV dan duduk di kursi samping di depan TV. Aku membuka sepatuku.
"Kamu nggak pingin mandi?" tawarku kepadanya.
"Nggak ah. Ntar di rumah aja" Jawab Miss D. Dia kelihatan masih yakin
dan bersikeras bahwa kami hanya sebentar di kamar hotel itu. Aku lalu
duduk di kasur dan ikut menatap layar TV.
"Kenapa nggak duduk
disini aja?" Tawarku kepadanya. Miss D terdiam tanpa menjawab. Dia
kelihatan sedikit kaku atau tegang, aku nggak begitu paham. Kami hanyut
dalam keheningan beberapa lama. Dia kelihatan terus menonton acara yang
ditayangkan di TV. Aku berfikir gimana caranya agar dia mau pindah ke
kasur. Aku lalu beranjak menuju tempatnya dan mengulurkan tangan
bermaksud menarik tangannya agar mau mengikutiku ke kasur. Dia sedikit
bertahan.
"Dari situ khan nontonnya gak enak, posisinya khan menyamping" Kataku memberi alasan.
"Nggak kok. Biasa aja."
"Ayo dong, duduk disini aja. Aku nggak bakalan ngapain-ngapain kok"
Aku berusaha meyakinkannya. Aku harus sabar dan nggak boleh berlaku
kasar. Cewek nggak suka cara kasar. Pria harus bisa mengkondisikan
suasana selembut dan sesabar mungkin, walau permintaan 'arus bawah'
sudah menggebu-gebu.
Miss D menaikkan kakinya ke atas kursi.
Kaki dan betisnya yang putih mulus menjadi santapanku kini. Mungkin
karena gerakannya yang sedikit kewalahan dan rok jeansnya yang sebatas
lutut itu, pahanya juga sedikti terbuka. Sekilas terlihat ruang diantara
kedua pahanya. Namun karena gelap, aku nggak bisa melihat lebih jelas
lagi. Yang pasti, aku menjadi semakin barnafsu. "Batang" di pangkal
pahaku semakin keras menggeliat. Aku masih berdiri di depannya. Aku
kembali menarik tangannya untuk mengikutiku ke kasur. Karena kedua
kakinya berada diatas, posisinya agak lemah. Sehingga ketika dia
kutarik, Miss D kelihatan seperti mau tersungkur ke depan. Dia terjatuh
dengan kembali menginjakkan kakinya ke lantai. Dan dia terlihat
mengikuti tarikanku yang menuntunnya ke arah kasur.
Dia duduk
di tepi tempat tidur. Kembali dia mengangkat kakinya dan duduk bersimpuh
diatas kasur. Kali ini pemandangan lebih jelas. Terlihat ujung paha dan
celana dalam berwarna terang, mungkin putih atau cream. Dia membenarkan
posisi duduknya. Tampaknya dia sadar kalau mata "nakal"-ku sedang
"menyatroni" isi roknya.
"Ah…Salah kostum nih" Ujarnya sambil tersenyum dan menurunkan bagian bawah roknya ke arah lutut, masih sambil bersimpuh.
Aku lalu menarik bantal dan berbaring agak jauh dari posisinya.
"Sambil berbaring aja lebih enak" Kataku. Dia hanya tersenyum dan tidak menjawab. Miss D masih kelihatan kikuk.
"Kamu nggak usah tegang dan kaku begitu" Aku berusaha membuat dirinya
lebih santai dan meyakinkan dirinya bahwa aku bukanlah ancaman. Bahkan
mungkin aku akan memberinya kenikmatan malam ini.
"Aku khan bukan Vampire yang bakal menghisap darah kamu" Ujarku bercanda.
"Aku manusia biasa yang nggak makan orang. Aku lelaki normal kok. Nggak percaya?"
"Emang kamu lelaki?" Tiba-tiba Miss D bertanya. Bagiku ini adalah
lebih merupakan "tantangan" atau "lampu hijau" ketimbang sebuah
pertanyaan.
"Iya dong. Aku bukan gay atau homo"
"Kok mirip gay?" Pancing Miss D lagi tanpa memalingkan tatapannya dari TV.
Aku langsung tahu bahwa aku harus melakukan sesuatu.
"Apa? kamu kayaknya minta bukti yah" Jawabku bercanda. Kali ini aku
langsung menyerbu kearahnya. Aku pegang tangannya lalu aku tarik dia.
Dia terjatuh ke kasur. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan. Aku mencari
wajahnya, tepatnya bibirnya yang sensual itu. Dia berusaha sedikit
melawan dan berusaha menyembunyikan wajahnya.
"Aku harus kasih
bukti bahwa aku pria sejati ke kamu" Kataku sambil mendorong hingga Miss
D kini terbaring terlentang di kasur. Aku mencium bibirnya dengan
sedikiit memaksa. Dia kayaknya agak sedikit melawan, walau menurutku
hanya perlawanan basi-basi.
Aku kini menindihnya. Ku cium leher
dan pipinya bergantian. Aku tahu itu adalah daerah sensitive yang harus
pertama digarap ketika pria ingin menaklukkan wanita. Aku lalu membuka
kedua kakinya dengan kedua kakiku. Disini dia lebih memberikan
perlawanan yang berarti. Aku lalu mempersiapkan diriku terlebih dahulu.
Aku membuka celana jeans ku dengan cepat sambil tetap menindih tubuh
Miss D. Kini penisku bergerak dengan lebih leluasa. Aku lalu kembali
melumat bibir Miss D. Kali ini Miss D kelihatan merespons, walau masih
setengah-setengah. Tapi aku tau dia sudah agak terbawa. Kulumanku kini
ku arahkan ke bukit di dadanya yang masih terbungkus kaos biru. Aku
mengecup bukit sebelah kiri, sementara tangan kananku meremas bukit yang
sebelah kanan.
"Nggghhhhhh…" ceracaunya halus. Miss D semakin terbawa dengan permainanku.
Aku kembali berusaha membuka kedua kakinya. Dan kini berhasil tanpa
perlawanan. Aku sedikit menaikkan rok nya keatas, sehinggak kedua kakiku
kini berada diantara pahanya. Aku meraba daerah paling sensitif di
dirinya, yaitu pangkal di antara dua pahanya. Dia menjerit halus dan
menepis tanganku. Terasa tadi begitu lunak, lembab dan hangat, walau
masih dibungkus celana dalamnya yang ternyata berwarna putih dan terbuat
dari satin.
Aku menurunkan posisi tubuhku.
"Lho.. punya kamu ntar bisa masuk ke punyaku nih. Tuh udah tepat di depannya" Ucapnya.
Aku nggak ngerti apa itu peringatan darinya agar aku mempertimbangkan
kemungkinan yang akan terjadi atas perbuatanku, atau ini sebuah tanda
darinya agar aku sekarang menancapkan penisku ke "liang surga" miliknya.
Aku nggak mau berfikir untuk menjawab pertanyaan ini. Yang penting
kesempatan ini nggak boleh aku sia-sia kan. Aku harus menaklukkan Miss D
malam ini. Aku harus bisa merasakan nikmatnya bersenggama dengannya.
Akan ku kentot dia. Aku ingin menikmati memeknya. Dan dia juga harus
bisa merasakan betapa hebatnya penisku nanti memompa vaginanya.
Aku lalu membuka celah celana dalamnya pas di depan liang vagina, lalu
menuntun penisku menyentuh daerah nikmat tersebut. Dia mendelik, lalu
terpejam.
"Ssshhhhhh…kokhh.. bener-benerrrhh dimasukin sihchhhhh.. ssshhhh?"
Aku nggak perduli dengan nada protes, ataukah itu nada nikmat
darinya. Aku tekan penisku lebih ke depan dan perlahan kepalanya sudah
mulai memasuki liang vagina Miss D. Kutekan lebih dalam dan kini
setengah batangku yang keras sudah bersarang didalam. Ternyata kini
kuketahui bahwa Miss D sudah tidak perawan lagi. Aku nggak perduli.
Walau demikian liang vaginanya masih begitu sempit. Aku lalu menarik
sedikit penisku dan kembali kutekan dengan kekuatan penuh. Jlebh. Kini
seluruh penisku sudah berada di dalam liang vaginanya. Dinding vagina
Miss D terasa menjepit-jepit dan mencengkeram batang penisku.
"Okhhhhhhhh. Memek kamu enak banget." ujarku.
Aku menggenjot dengan perlahan sambil menikmati kehangatan dan jepitan vagina cewek satu ini.
"Ssshhhhhh…. okhhh.. okh…kamu apain punyaku? " Tanya Miss D berceracau.
"Aku sodokhk…sshhh… biar tambah lebar"
"Sialan kamu.. sshhhh.. akhhh"
Tiba-tiba Miss D mendelik dan mempererat rangkulannya di tubuhku. Aku
tahu dia mau mencapai orgasmenya. Aku lalu mempercepat kocokanku.
"Kamu kapan terakhir mens ..?" Tanyaku sambil tetap menggenjot dan
mencoblosnya. Aku mau memastikan apakah aku bisa menyemprotkan air
maniku di dalam vaginanya. Karena bagiku, orgasme dengan meyemprotkan
air mani di dalam vagina adalah hal yang sangat nikmat. Akan sangat
terasa sensasi kenikmatan berhubungan seksual yang luar biasa, ketimbang
pakai kondom atau "coitus interuptus" ( dikeluarin di luar, bahasa
“kampung”nya).
"Mungkin 3 atau 4 hari lagi aku mens. Kenaphaaa?
ssshhhh… Kamu keluarin diluar yakhhhh. Jangan di dalamphhhh…akkhhhh"
Miss D memperingatkanku yang diakhiri dengan rangkulannya yang keras dan
teriakannya. Dia menarikku seakan mau menghisap punyaku seluruhnya
masuk kedalam vaginanya. Aku juga sudah mau menunjukkan tanda-tanda
bahwa aku akan orgasme. Aku semakin mempercepat gerakan kocokanku dan
lebih mengeraskan tekananku ke dalam. Dan akhirnya…
"Sshhhhhh…okhhh. ohhhhhh.. ohhhh…"
Crot…crot…crot…. crot…. crot…. sret.. sret….
Tanpa
dapat dibendung lagi, sperma ku dengan gumpalan-gumpalan yang sangat
kental dan pancaran yang begitu keras memuncrat keluar membanjiri
dinding vagina Miss D dan aku yakin sampai ke rahimnya. Miss D
terbelalak seketika. Entah dia kaget atau juga ikut kembali menikmati
semprotan maniku. Aku nggak tau dan nggak perduli. Aku terkapar lemas
diatas perut Miss D. Masih kudengar nafas nya ngos-ngosan akibat
permainan kami tadi.Aku lalu berguling kesamping dan aku tertidur sampai
pagi karena nikmat dan kelelahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar