Rabu, 22 Mei 2013
pecinta alam
Namaku Son, mahasiswa semester III, tinggiku 168 cm dan berat 58
kg.Kejadian ini terjadi pada waktu aku melakukan pendakian gunung Lawu
bersama teman-temanku. Lokasiku saat itu berada dekat base camp pertama
kearah pendakian gunung Lawu. Aku sedang beristirahat sendirian disini.
Tadi malam aku bersama teman-temanku 5 orang sudah melakukan pendakian
menuju puncak Lawu dan telah berhasil mencapai puncak Lawu jam 6 pagi
tadi.Sekarang dalam perjalanan pulang, sementara teman-temanku sudah
pada turun gunung semua. Kuputuskan untuk beristirahat sebentar di base
camp pertama ini sambil mendirikan tenda, biar nanti agak sorean aku
turun sendiri menuju pos kami yang dekat dengan rumah penduduk sekitar
gunung Lawu ini.Sore itu pukul 15.10 WIB, aku baru saja selesai menyeduh
kopi instanku, ketika tiba-tiba dari arah semak belukar arah barat
muncul 2 orang cewek dengan baju dan kondisi acak-acakan.Halo Mas? sapa
salah satu cewek itu padaku.Cewek yang kutaksir berusia 18 tahun
kelihatannya anak SMA, rambutnya pendek seperti aktris Agnes Monica.
Sedangkan temannya yang satu berambut panjang sebahu mirip-mirip bintang
sinetron Bunga lestari.Halo juga jawabku menyembunyikan kekagetanku
karena munculnya yang tiba-tiba, sempat terpikir ada setan atau penunggu
gunung ini yang mau menggodaku. Loh, dari mana, kok berduaan aja?
tanyaku coba berbasa-basi. Iya, kita tadi misah dari rombongan, terus
nyasar.. jawab cewek itu sambil duduk di depanku. Boleh minta minum gak?
Kita haus sekali, sudah 5 jam kita jalan muter-muter gak ketemu jalan
sama orang lanjutnya kemudian.Aneh juga pikirku, padahal perasaanku dari
tadi pagi, sering sekali aku berpapasan dengan orang-orang atau
rombongan pecinta alam.Ada juga air putih, tuh di botol atau mau kopi,
sekalian aku buatin? jawabku.Cewek yang berbicara denganku tadi ini
tidak menjawab pertanyaanku, tapi langsung menghampiri botol minum yang
kutunjukan dan segera meminumnya dengan terburu-buru, sedangkan temannya
yang satu lagi hanya memperhatikan dan kemudian meminta botol minumku
dengan santun.Kuperhatikan saja tingkah mereka, cewek-cewek muda ini
cakep juga khas ABG kota, tapi saat itu mukanya kotor oleh debu dan
keringat, kaosnya cuma ditutupi jaket kain, celana jeans dan sepatu olah
raga warna hitam, ini sih mau piknik bukan mau naik gunung, abis gak
bawa bekal atau peralatan sama sekali.Mereka minum terus sampai puas
kemudian tiduran disamping kompor parafin yang sedang kugunakan untuk
memasak air.Mas namanya siapa? tanya cewek yang berambut pendek. Namaku
Adek sedangkan ini temenku Lina katanya lagi. Namaku Son jawabku pendek
sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Ada makanan gak, Mas?
Adek laper banget nih.. tanya Adek tanpa basa basi kepadaku yang sedang
memperhatikannya. Ada juga mie kalo mau, sekalian aja masak mumpung
airnya mendidih jawabku.Ternyata Adek tidak mau masak sendiri, dia terus
berbaring dan minta tolong padaku untuk dimasakin mie.Wah kamu ini
manja banget ya? Kenal aja barusan tapi udah nyuruh-nyuruh? godaku pada
Adek. Tolong deh Mas.. Adek capek banget Nanti gantian deh.. rayu Adek
padaku. Gantian apa ya? Emang nanti kamu mau masak mie lagi? Bayarnya
pake pijet aja ya? godaku lebih lanjut. Maunya tuh.. tapi bereslah..
jawab Adek cuek sambil memejamkan matanya.Kuperhatikan Lina, tapi dia
ternyata diam saja, dan hanya mengangguk kecil ketika kutawarkan mie.
Sementara aku masak mie instan, Adek kemudian bercerita kisahnya sampai
dia dan Lina tersesat berduaan di tengah gunung Lawu ini. Adek berangkat
bersama serombongan pecinta alam SMAnya jam 10 siang tadi. Rencananya
malam nanti Adek dan rombongan akan mendaki gunung Lawu, tapi waktu
menuju base camp kedua, perut Lina sakit, sehingga Adek menemani Lina
mencari tempat untuk buang hajat, tetapi setelah selesai ternyata mereka
tertinggal dan terpisah dari rombongan.Setelah mienya siap segera saja
pancinya kuberikan pada mereka untuk segera disantap. mMsih saja Adek
protes kok tidak ada piringnya.Emangnya ini di warung kataku cuek sambil
tersenyum kearah Lina.Lina hanya tersenyum tipis dengan bibir
gemetar.kamu sakit ya Lin? tanyaku. Nggak Mas hanya kedinginan katanya
pelan. Butuh kehangatan tuh Mas Son potong Adek sekenanya.Wah kaget juga
aku mendengar celoteh Adek yang terkesan berani. Kuperhatikan keadaan
sekitar yang sudah mulai berkabut dan langit gelap sekali. Waduh
jangan-jangan sudah mau hujan. Segera saja kubereskan peralatanku.Masih
pada kuat jalan nggak? tanyaku pada 2 orang cewek ini. Nanti kalau
disini hujan, bisa basah semua.. Mending kalo masih bisa jalan kita
cepat turun agar nggak kehujanan lanjutku.Baru saja selesai aku bicara,
tiba-tiba ada kilatan petir disusul dengan suaranya yang
keras.Duer!!Disusul dengan tiupan angin yang kencang membawa
rintik-rintik air hujan.Nah lo.. benerkan, telat deh kalo kita mau nekat
turun sekarang kataku sambil mematikan kompor parafinku. Ya udah, cepet
masuk tenda sana, cuaca lagi nggak bersahabat nih, bakal hujan deres
disini! perintahku sambil membereskan peralatanku yang lain karena hujan
sudah mulai turun.Aku, Adek, dan Lina segera berdesak-desakan di dalam
tenda kecil parasut, sementara hujan semakin deras disertai bunyi angin
yang keras, segera aku memasang lampu kemah kecil yang biasa kubawa
kalau aku naik gunung. Lumayanlah cahayanya cukup untuk menerangi di
dalam tenda ini. Sementara kurasa hari menjelang maghrib, dan hujan
masih saja turun walau tidak deras.Adek dan Lina duduk meringkuk
berdampingan dihadapanku sambil tangannya mendekap kaki.Kamu masuk aja
ke sleeping bag itu, kelihatannya kok kamu kedinginan sekali saranku
pada Lina yang mulai menggigil kedinginan. Tapi copot sepatunya lanjutku
kemudian.Lina diam saja, tapi menuruti saranku. Akhirnya Adek dan Lina
tiduran berhimpitan di dalam sleeping bag sambil berpelukan.
Kuperhatikan saja tingkah mereka berdua,Hei kalian pada ngomong dong,
jangan diem aja. Jadi serem nih suasananya ucapku pada Adek dan Lina.
Mas Son gak kedinginan.. tanya Lina tiba-tiba. Ya dingin to, siapa juga
yang nggak kedinginan di cuaca seperti ini? jawabku apa adanya. Kalian
enak berduan bisa berpelukan gitu.. gak adil kataku mencoba bercanda. Ya
Mas Son sini to, kita berpelukan bertiga kata Adek pendek, tak ada nada
bercanda dalam nada omongannya.Waduh, gak salah denger nih? pikirku.Tak akan ada
kesempatan kedua kalau hal ini kutanyakan lagi.Ya udah, kalian geser
dong. aku mau di tengah biar hangat kataku cuek sambil membuka resleting
sleeping bagku.Tidak sempat kuperhatikan ekspresi Lina atau Adek karena
keadaannya yang remang-remang. Aku merebahkan diri diantara dua cewek
yang baru kukenal ini, tak ada kata-kata atau komentar apapun,
kulingkarkan kedua tanganku kepada Adek di sebelah kiri dan Lina
disebelah kanan. Walau awalnya aku merasa canggung tapi setelah
kunikmati dan merasakan dua tubuh hangat mendekapku dan akupun merasa
nyaman sekali. Kepala Adek dan Lina bersamaan rebah di dadaku. Kurasakan
deru nafas yang memburu dari keduanya dan dariku juga.Badan Mas Son
hangat ya Lin? kata Adek pelan seraya tangannya melingkar kebawah dadaku
dan kakinya naik menimpa kakiku, barangkali Adek lagi membayangkan aku
seperti gulingnya kalau dia pas lagi mau tidur. Iya tadi Lin takut
sekali, sekarang dipeluk sama Mas Son, Lin jadi nggak takut lagi jawab
Lina pelan sambil mengusap kepalanya di dadaku.Samar-samar tercium bau
wangi dari rambutnya. Kemudian darahku terasa terkesiap saat lutut Adek
entah disengaja atau tidak menyenggol burungku.Ehm.. aku hanya bisa
berdehem kecil ketika kurasa hal itu ternyata mendorong birahiku
naik.Waduh, pikiranku langsung ngeres, rugi juga ya kalau kesempatan
selangka seperti ini kusia-siakan, minimal harus ngelaba sesuatu nih..
Iseng-iseng tangan kiriku yang masih leluasa kuberanikan memeluk tubuh
Adek mulai meraba-raba kebagian daerah buah dada Adek.Ehm.. Adek
ternyata hanya berdehem pelan.Akupun mulai berani meningkatkan aksiku
lebih lanjut, aku mencoba meremas lembut susunya. Ternyata Adek hanya
diam, dia hanya mendongakkan mukanya menatapku, sambil tangannya juga
meraba-raba dan mengelus-elus dadaku. Kucoba mencium rambutnya lalu
kukecup kening Adek, sementara tanganku terus meremas-remas susunya
dengan tempo agak cepat.Aah.. Mas Son suara Adek terdengar lirih. Ada
apa Dek? tanyaku pelan melihat Lina sudah mulai curiga dengan aktivitas
yang kulakukan. Kamu masih kedinginan ya? kataku lagi sambil menggeser
tubuhnya agar lebih naik lagi.Sementara tanganku jadi lebih leluasa
menelusup ke dalam balik jaketnya dan membuka pengait BHnya yang masih
tertutup dengan kaos luarnya. Adek hanya diam saja saat kulakukan hal
itu, bahkan saat tanganku sudah sempurna merengkuh susunya dibalik
BHnya. Dia menggigit kecil dadaku.Ah.. Mas Son.. katanya parau dengan
tidak memperdulikan ekspresi Lina yang kebingungan.Saat kupermainkan
puting susunya, tiba-tiba Adek bangkit.Mas Son, Adek ma.. masih
kedinginan kata Adek dengan bergetar sambil menghadapkan mukanya ke
wajahku sehingga jarak muka kami begitu dekat.Kurasakan nafasnya memburu
mengenai wajahku. Aku hanya bisa diam tercekat ketika Adek mulai
menciumi mukaku dengan tidak beraturan, mungkin karena gelap hampir
semuanya kena diciumnya. Kurasakan lagi kaki Adek sudah melakukan
gerakan yang teratur menggesek-gesek ******ku naik dan turun. Tanpa
sadar akupun membalas ciuman Adek, hingga akhirnya bibir kami bertaut.
Dengan penuh nafsu Adek mengulum bibirku sambil lidahnya terjulur keluar
mencari lidahku. Setelah didapatnya lidahku, dihisapnya dengan kuat
sehingga aku sulit bernafas.Gila nih, cewek ABG sudah pintar french kiss
ucapku dalam hati.Tanpa sadar tangan kananku mencengkram pundak
Lina.Mas sakit Mas pundak Lina kata Lina tiba-tiba yang menghentikan
aktivitasku dengan Adek. Oh maaf Lin jawabku dengan
terkejut.Kuperhatikan ekspresi Lina yang bengong melihatku dengan Adek.
Tapi rasa tidak enakku segera hilang karena ternyata Adek tidak
menghentikan aktivitasnya, dia tampaknya cuek aja dengan Lina, seakan
menganggap Lina tidak ada. Adek terus menciumi telinga dan leherku.Mas
Son, Adek jadi pengen.. Adek jadi BT, birahi tinggi kata Adek lirih di
telingaku sambil tangannya sudah bergerilya mengusap-usap ******ku yang
masih tertutup rapat oleh celana jeansku.Waduh.. bagaimana ini pikirku
dalam hati.Pikiranku serasa buntu. Kupandangi wajah Lina yang kaku
melihat polah tingkah Adek yang terus mencumbuku. Lina pun bangkit dari
rebahannya sambil beringsut menjauh dari badanku. Tak sempat ku berkata
lagi, Adek yang sudah birahi tinggi tanpa ampun menyerangku dengan
ganasnya, dicumbunya seluruh wajah dan leherku, malah kini posisinya
menaiki tubuhku dan berusaha membuka bajuku.Aku yakin walau suasananya
remang-remang, Lina pasti melihat jelas semua aktivitas kami, bahkan
dengan kaos dan BH Adek yang sudah tersingkap keatas dan tanganku yang
sedang meremas-remas susu Adek, sekarang jelas terpampang di depan mata
Lina. Kepalang tanggung, segera saja kurengkuh tubuh kecil Adek dan
kuhisap puting payudaranya yang kecil dan berwarna merah kecoklatan itu
secara bergantian dengan posisi adek diatas tubuhku. Pentil itu tampak
sudah tegak mengacung karena pemiliknya sudah dilanda nafsu birahi yang
sangat tinggi.Ah.. ah.. Mas Son.. gumam Adek lirih. Enak Mas, terus..
jangan dijilat terus, tapi disedot.. aah.. lanjutnya.Aktivitas ini
kuteruskan dengan mengelus dan meraba pantat Adek yang sejajar dengan
******ku. Kuremas pantat Adek sambil menggesek-gesekan ******ku pada
daerah kemaluan Adek yang masih terbungkus dengan celana jeans yang
dikenakannya. Kujilati semua yang ada di dada Adek, bahkan kugigit kecil
puting mancung itu yang membuat Adek melenguh panjang.Aaahh..
sshh..Aksiku ternyata membuat Adek blingsatan, dikulumnya bibirku dan
diteruskan ke leherku sambil berusaha membuka semua bajuku, nampaknya
Adek mau balas dendam melancarkan aksi yang sama dengan yang kulakukan
tadi.Benar saja, begitu bajuku terbuka semua, Adek segera menghisap
putingku dan menggigit-gigit putingku dengan ganas. Kurasakan sensasi
yang luar biasa yang membuat ******ku semakin tersiksa karena tidak bisa
bangun terhalang oleh celana jeansku. Saat itu bisa kuperhatikan Lina
di samping kiriku yang sedang menatap nanar aktivitas kami, kulihat
tangan kanannya dijepitkan pada dua belah pahanya, entah sedang
terangsang atau sedang kedinginan.Tanpa kata, kuberanikan tangan kananku
mengelus paha Lina sambil berusaha meraih tangan Lina. Lina hanya diam
saja, bahkan semakin terpaku saat melihat aksi Adek yang terus mencumbu
bagian bawah pusarku. Aku yang merasa sangat geli hanya bisa
menggeleng-gelengkan kepalaku ke kiri dan ke kanan.Aah.. Dek, jangan dijilat di daerah situ terus.. ge..li
se..ka..li.. ujarku dengan nafas tersengal.Tanpa sadar aku sudah meremas
tangan Lina dan Linapun kurasa juga membalas remasan tanganku. Tapi
kejadian demi kejadian berlangsung begitu cepat, Adek seolah sudah tidak
peduli lagi, dia langsung membuka ikat pinggangku diteruskan dengan
membuka resleting celana jeansku. Aku hanya bisa pasrah menerima nasibku
saat itu, keperhatikan tingkah Adek sambil tanganku tetap memegang
tangan Lina.Saat resleting celanaku sudah terbuka, Adek meraih ******ku
yang masih terbungkus celana dalamku, lalu dielusnya sebentar kemudian
ditariknya sampai selutut celana jeansku berikut celana dalamku juga.
Tanpa banyak kata, Adek hanya memperhatikan sebentar ******ku kemudian
mencium dan menjilat permukaan ******ku.Aah.. aku hanya bisa
mengeluarkan kata itu saat Adek mulai mengulum ******ku dan mengisapnya.
Aargh .. Dek, enak sekali Dek erangku.Gila nih anak, baru SMA sudah
selihai ini, aku tak habis pikir gumamku dalam hati.Saat Adek masih asik
berkaraoke dengan ******ku, kulihat sekilas ke Lina, ternyata dia
sedang memperhatikanku dengan pandangan yang tidak kumengerti artinya.
Kemudian seperti ada dorongan lain kutarik tangan Lina sehingga tubuhnya
rebahan lagi disampingku.Lin, aku ingin cium bibir kamu bisikku
perlahan di telinga Lina.Saat itu Lina diam saja sambil tetap menatapku.
Kutarik wajahnya mendekat dengan wajahku dan segera kulumat bibir Lina
yang mungil itu.Eemh .. suara yang terdengar dari mulut Lina.Tak ada
perlawanan yang berarti dari Lina, Lina diam saja tak membalas ciumanku,
entah karena pasrah atau tidak tahu caranya berciuman. Kurasakan
getaran birahi yang luar biasa saat ******ku terus dipermainkan oleh
Adek sementara konsentrasiku terarah pada Lina yang pasrah. Segera saja
aku menciumi dada Lina yang masih terbungkus oleh bajunya sementara
tanganku yang satu mengelus-elus selangkangan Lina.Aah.. ah.. Lina mulai
bereaksi panas saat kusibak bajunya sehingga aku bisa menjilati
permukaan susu yang masih tertutup oleh BHnya yang berwarna pink. Ya
diajari tuh Lina, Mas Son.. sudah gede tapi belum bisa bercinta kata
Adek tiba-tiba.Kaget juga aku mendengar teguran itu, kuperhatikan Adek
tenyata dia sudah tidak menghisap ******ku lagi, tapi sedang membuka
celana jeans lalu celana dalamnya sendiri.Adek masukkin ya Mas kata Adek
pelan tanpa menunggu persetujuanku sambil mengarahkan ******ku ke
lubang kawinnya yang tampak olehku disuburi bebuluan jembut
keriting.Pelan tapi pasti Adek membimbing ******ku untuk masuk penuh ke
dalam tempiknya. Kurasakan rasa hangat menjalar dari ******ku ke seluruh
tubuhku. Tempik Adek yang sudah basah oleh lendir pelumasnya memudahkan
******ku masuk ke dalamnya.Ah.. burung Mas Son gede.. terasa penuh di
tempik Adek katanya mendesis sambil menggoyangkan pantatnya dan
memompanya naik turun. Ah.. ash.. ah.. enak sekali Mas Son kata Adek
parau sambil mencumbu dadaku lagi.Aku yang menerima perlakuan demikian
tentu saja tidak terima, kuangkat badan Adek dan mendekatkan teteknya ke
mulutku sambil terus memompa dari bawah mengimbangi goyangan
Adek.Huuf.. uh..uh.. aah.. terus Mas erang Adek memelas.Kujilati terus
dan mengisap puting Adek bergantian kiri dan kanan, sementara Adek
menerima perlakuanku seperti kesetanan.Ayo Mas.. Son.. terus.. ayo ..
teruuss.. Adek mau dapet ni.. katanya bernafsu.Tak beberapa lama
kemudian, dengan kasar Adek mencium dan mengulum bibirku.Eeemhp..
aaah..Dan kemudian Adek terkulai lemas di dadaku, sementara aku yang
masih memompa dari bawah hanya didiamkan Adek tanpa perlawanan
lagi.Aaa.. berhenti dulu Mas Son, istirahat sebentar, Adek sudah dapat
Mas Son kata Adek lirih mendekapku dengan posisinya masih di atasku dan
******ku masih di dalam liang senggamanyanya.Kurasakan detak jantung
Adek yang bergemuruh di dadaku dan nafasnya yang ngos-ngosan mengenai
leherku.Makasih ya Mas Son, enak sekali rasanya kata Adek pelan.Aku yang
belum mendapatkan orgasme, hanya bisa melirik ke arah Lina yang saat
itu ada di sampingku, ternyata tangannya sedang meremas-remas teteknya
sendiri dibalik BH berendanya yang sudah terbuka. Segera saja kutarik
Lina mendekatiku dan menyuruhnya agar ia berposisi push up mendekatkan
teteknya kemulutku.Aah .. Mas Son.. kata Lina pelan saat tetek kanannya
kuhisap.Saat itu Adek bangkit dari posisi semula dan mencabut tempiknya
dari ******ku, kemudian berbaring di sisi kiriku sambil merapikan
kaosnya. Aku yang kini leluasa berusaha bangkit sambil mencopot celana
jeansku yang masih menempel di lututku. Kuterus meremas-remas tetek Lina
sambil mengulum bibir Lina yang kini posisinya berbaring di bawahku.
Berbeda dengan yang tadi, kini Lina mulai agresif membalas kulumanku
bahkan bibirnya menjulur-julur minta diisap.Kubimbing tangan Lina untuk
memegang ******ku yang masih tegang dan basah karena cairan kawin dari
tempik Adek. Semula seakan ragu, tapi kini Lina mengenggam erat ******ku
dan seperti sudah alami Lina mengocok ******ku waktu lidahku bermain di
bawah telinganya dan lehernya.Aah .. Mas Son.. geli .. hanya itu
komentar dari bibir Lina yang seksi itu.Perlahan lidahku mulai bermain
di seluruh dada Lina, dari leher sampai gundukan teteknya kujilati
semua, dan kugigit kecil pentil susu Lina yang berwarna kemerahan dan
sudah tampak tegang itu.Aargh.. aah .. Lina mulai menggelinjang.Lina
diam saja waktu kubuka ikat pinggangnya dan kubuka kancing celana
jeansnya. Kuperhatikan Lina masih memejamkan matanya dan melenguh terus
saat kucumbu bagian pentilnya, sementara tangan kanannya tetap
menggenggam erat ******ku, dan tangan kirinya menekan-nekan kepalaku,
sesekali menjambak rambutku. Kemudian tanganku menelusup ke dalam balik
celana dalam Lina waktu kancing celana jeans Lina sudah terbuka,
kurasakan sambutan hangat bulu-bulu jembut yang masih jarang diatas
tempiknya. Kuelus-elus sebentar permukaan liang kawinnya, lalu
jari-jariku tak ketinggalan bermain menekan-nekan tempiknya yang sudah
basah oleh lendir kawinnya.Ah.. Mas.. Son .. aah suara Lina semakin
terdengar parau.Aku segera mengalihkan cumbuan ke daerah perut Lina dan
menurun menuju tempiknya. Kubuka celana dalam berenda yang juga berwarna
pink itu tanpa melihat reaksi Lina dan segera menciumi permukaan tempik
Lina yang masih ditumbuhi bulu-bulu jembut halus yang
jarang-jarang.Ah.. jangan Mas Son .. ah.. kata Lina mendesis.Tentu saja kubiarkan sikap yang menolak tapi mau itu. Lidahku
sudah mencapai permukaan tempiknya lalu kujilati yang segera membuatnya
menggelinjang dan dengan mudah aku menurunkan celana jeansnya sampai
sebatas pahanya. Kujilati terus tempik Lina sampai kedalam-dalam
sehingga pertahanan Lina akhirnya jebol juga, pahanya semula yang
mengapit kepalaku mulai mengendur dan mulai terbuka mengangkang,
sehingga akupun leluasa mencopot seluruh celana jeans dan celana
dalamnya.Aah .. argh .. desis Lina pelan.Posisiku saat itu dengan Lina
seperti posisi 69, walau Lina tidak mengoral ******ku aku tidak peduli
tetap menjilati tempiknya dengan ganas dan tanpa ampun.Aah.. Mas ..
truss.. ahhh .. enaak.. Mas .. aah .. teriak Lina tidak jelas, sampai
akhirnya pahanya menjepit erat kepalaku dan ******ku terasa sakit
digenggam erat oleh Lina. Aaah.. Mas .. teriakan terakhir Lina bersamaan
dengan sedikit cairan birahi yang menyemprot dari dalam tempiknya
kedalam mulutku.Rupanya Lina sudah mendapat orgasme pertamanya walau
dengan lidahku.Aah.. enak sekali.. Mas Son .. sudah ya Mas Son.. kata
Lina pelan sambil tergolek lemah dan pasrah.Akupun menghentikan
aktivitasku dan mengambil nafas dulu karena mulutku jadi pegal-pegal
kelamaan asyik mengoral tempiknya. Aku berbaring di tengah dua cewek ini
dengan posisi yang terbalik dengan mereka, kepalaku berada diantara
kaki-kaki mereka. Baru sebentar aku mengambil nafas, kurasakan ******ku
sudah ada yang memegang lagi.Mas main sama Adek lagi ya? Adek jadi nafsu
ngeliat Mas Son main sama Lina kata Adek tiba-tiba yang sudah bangkit
dan kini tangannya sedang memegang ******ku.Aku tak sempat menjawab
karena Adek sudah mengulum ******ku lagi, bahkan kini pantatnya beralih
ke wajahku, menyorongkan tempiknya kemulutku untuk minta dioral juga
seperti tadi aku dengan Lina. Posisiku dengan Adek kini 69 betulan tapi
dengan posisiku yang di bawah. Kujilati tempik Adek dengan lidah yang
menusuk-nusuk kedalamnya.Eeemph .. emmph .. Adek tak bisa mendesah bebas
karena mulutnya penuh dengan ******ku.Lama kami bermain dengan posisi
itu, sampai akhirnya kuhentikan karena aku tidak tahan dengan isapan
Adek yang luar biasa itu dan kalau dibiarkan terus akibatnya ******ku
bisa muntah-muntah di dalam mulut Adek. Aku bimbing agar Adek berbaring
di samping Lina sedangkan aku di atasnya mulai mencumbu lagi dari
teteknya dengan menggesek-gesekan ******ku ke permukaan tempiknya yang
dipenuhi oleh bulu-bulu jembut yang berwarna hitam pekat itu. Adek
seperti mengerti, kemudian membimbing ******ku untuk masuk ke dalam
lubang kawinnya. Akupun bangkit sambil mengarahkan ******ku siap untuk
menghujam lubang senggama Adek. Pelan tapi pasti kumasukan ******ku
mulai dari kepala hingga semuanya masuk ke dalam tempiknya.Aaah .. Mas
Son .. desis Adek sambil menggoyang pantatnya.Kurasakan seret sekali
tempiknya, beda sekali dengan yang tadi gesekan itu terasa nikmat
menjalar di setiap centi dari ******ku dengan sesekali terasa denyutan
pelan dari liang kemaluannya.Mas yang keras dong goyangnya.. terasa
sekali mentok kata Adek sambil melingkarkan tangannya ke leherku.Akupun
jadi semangat memompa tubuh ranum yang mungil ini. Di udara dingin
seperti ini terasa hangat tapi tidak berkeringat.Aah.. ah.. terus Mas ..
terusss.. ah.. ah .. lanjutnya keenakan.Mungkin sekitar 5 menit aku
menggoyang Adek, sampai kemudian aku tidak tahan melihat teteknya yang
bergoyang indah dengan puting kecil menantang. Akupun mengulum puting
Adek sambil meremas-remasnya dengan gemas, sementara pompaan ******ku
telah diimbangi goyangan Adek yang bisa kupastikan goyangan ngebor ala
Inul tidak ada apa-apanya.Ma.. Mas .. Adek mau dapet laggii.. bareeng
yaa.. ah.. ah.. desis Adek histeris.Aku jadi terangsang sekali mendengar
lenguhan Adek yang merangsang itu, kuteruskan aksiku dengan menjilat
dan mencium dada, ketiak, leher, telinga dan pipi Adek.Aaarg .. erangnya
keras.Adek mengulum bibirku sambil memejamkan matanya. Nampaknya Adek
telah mendapat orgasmenya yang kedua, sementara tubuhnya menegang
sebentar dan kemudian melemas walau aku masih memompanya. Aku segera
mencabut ******ku dan mengocoknya sebentar untuk menumpahkan pejuku ke
perut Adek.Crut.. crut..Pejuku keluar banyak membasahi perut Adek dan
mengenai teteknya.Aaah.. akupun melenguh puas saat hasratku telah
tersalurkan.Adek mengusap-usap pejuku di perutnya kemudian membersihkan
dengan tisu yang diambil dari celananya, sedangkan Lina mendekat dan
melihat aksi Adek, kemudian membantu membersihkan pejuku.Baunya seperti
santan ya? komentar Lina sambil mencium tisunya yang penuh dengan
pejuku. Ya udah. Semua dibereskan dulu kataku memberi perintah kepada
dua cewek yang baru saja bermain cinta denganku ini. Kita istirahat dulu
ya sambil tiduran, nanti kalo sudah nggak hujan kita putuskan mau turun
ke bawah atau bermalam disini ya lanjutku kemudian.Akhirnya akupun
tertidur kelelahan dengan dua cewek yang mendekapku. Entah mimpi apa aku
semalam bisa terjebak dalam situasi seperti ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar