Rabu, 22 Mei 2013
calon asisten
Sudah sejak seminggu yang lalu Lenny sekretarisku mengeluh kalau
pekerjaannya sekarang bertambah banyak, karena memang beberapa waktu ini
aku membeli beberapa perusahaan baru untuk perluasan bisnisku. Sebagai
sekretaris pribadi, maka Lenny harus mengetahui semua permasalahan
bisnisku dengan mendetail sehingga dapat dimaklumi bahwa dia agak
kerepotan juga menyelesaikan semua tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Karena dia terus mengeluh, maka aku menyuruh dia untuk mencari asisten
untuk membantunya. Lenny sangat gembira karena aku mengijinkannya
mencari asisten, tentu saja dia tak akan lupa dengan pesanku bahwa
asistennya harus dapat memuaskan aku baik pekerjaannya maupun seksnya.
Lenny hanya tertawa waktu mendengar permintaanku itu. Aku juga yakin
bahwa tak terlalu sulit untuk mendapatkan sekretaris yang sehebat Lenny
luar dalam, karena aku berani membayar sangat mahal untuk pelayanan
mereka, namun yang menarik bagiku adalah kesempatan untuk menguji mereka
secara langsung. Karena disinilah selera petualanganku aan terpuaskan
dengan menggoda para calon sekretaris itu.Setelah melalui screening yang
ketat oleh personalia, Lenny akhirnya menyetujui 6 calon asisten yang
untuk itu dimintanya aku untuk menguji langsung mereka itu. Lenny
terus-menerus tersenyum ketika ia menceritakan betapa cantiknya para
calon sekretaris yang melamar dan pasti aku akan bingung untuk
memilihnya. Akupun hanya tertawa karena aku yakin pikiran Lenny sudah
ngeres saja. Dalam hati aku sudah tak sabar menunggu jam makan siang,
karena setelah itu para calon pegawaiku ini akan menghadapku.Ketika aku
kembali dari makan siang, kulihat diruang tunggu sudah berderet duduk
beberapa gadis yang rata-rata berdandan rapi. Dari pandangan pertama aku
mengakui bahwa mereka rata-rata cantik hanya saja kelihatannya kalau
umurnya masih muda. Mereka semua memandangku dengan penuh harap sambil
berusaha menunjukkan senyum yang terindah, aku membalas senyum mereka
dan langsung masuk ke ruanganku. Lenny yang sudah menunggu aku langsung
mendatangiku dan menanyakan apakah aku sudah siap untuk mulai wawancara.
Aku mengangguk namun kusempatkan untuk bertanya pada Lenny, apakah
semuanya masih perawan, Lenny menjawab bahwa perasaan dia ada dua yang
masih perawan yaitu yang namanya Indah dan Ratih, kalau yang lainnya
kelihatannya sudah punya pengalaman. Yang pertama masuk seorang gadis
memakai rok ketat berwarna biru tua, wajahnya cantik dengan tubuh yang
tinggi langsing. Dengan penuh hormat ia menjabat tanganku dan duduk
didepanku sambil menyerahkan berkas wawancara dari staffku sebelumnya.
Kubaca namanya adalah Hesti ia lulusan Akademi Sekretaris yang terkenal
di kota Bandung umurnya baru 21 tahun.Setelah mengetahui jati dirinya
aku menutup map itu dan memandangnya tajam. Hesti menatap pandanganku
dengan berani meskipun tetap sopan. Aku langsung menanyainya dengan
beberapa hal yang umum mengenai kemampuannya, sementara mataku dengan
teliti memandang wajah serta badannya. Aku kurang suka dengan Hesti ini
karena badannya terlalu langsing meskipun susunya kelihatan cukup montok
untuk badan selangsing dia itu. Setelah dia tak begitu canggung
berbicara denganku, aku mulai memasang jebakanku, kutawari dia untuk
merokok, Hesti kaget mendengar tawaranku itu, dengan ragu-ragu ia
memandangku. ketika kukatakan bahwa kalau dia memang biasa merokok boleh
saja merokok agar bisa lebih santai berbicara, barulah ia berani
mengambil sebatang Marlboro yang kusodorkan.Ketika kutanyakan apakah dia
berkebaratan kalau aku bertanya hal hal yang bersifat pribadi, dia
langsung menggelengkan kepalanya tanda tak keberatan. Aku tersenyum
sambil membetulkan dudukku. Apakah Hesti sudah punya pacar?, Hesti
tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Apakah pacar Hesti juga tinggal
di Bandung?. Tidak Pak, pacar saya ada di Jakarta. Oh, makanya Hesti
kepengen kerja di Jakarta ya? Hesti lagi-lagi mengangguk dan tersenyum
manis. Apakah ini pacar Hesti yang pertama ataukah sebelumnya sudah
sering berpacaran? Sering Pak, tetapi semuanya sudah putus karena tak
cocok!. Aku tersenyum dan bertanya lagi, Selama berpacaran, apa saja
yang dilakukan oleh Hesti?. Maksud Bapak bagaimana ya?, Hesti balas
bertanya. Maksud Bapak, apakah hanya sekedar omong-omong, atau dengan
tindakan tindakan lain!Hesti terdiam dan hanya tersenyum mendengar
pertanyaanku yang mulai terarah itu. Sebagai seorang sekretaris, Hesti
harus bisa menyimpan rahasia perusahaan secara maksimal, maka bagi
Bapak, kalau Hesti bisa berkata jujur mengenai diri Hesti, berarti juga
Hesti bisa dipercaya untuk memegang rahasia perusahaan!. Mendengar itu
Hesti baru berani menjawab, Ya kadang kadang omong-omong, kadang-kadang
juga yang lainnya Pak!. Yang lainnya bagaimana? kejarku, Hesti tak
menjawab tetapi hanya senyum saja. Apa berciuman? Hesti mengangguk.
Apakah pacar Hesti suka meremas-remas buah dada Hesti? dengan wajah
sedikit malu Hesti mengangguk. Sekarang coba jujur pada Bapak ya, apakah
Hesti pernah berhubungan seks?, dengan wajah yang makin merah Hesti
menganggukkan kepalanya. Kukejar lagi dengan pertanyaan, Sudah dengan
berapa pria Hesti berhubungan seks? Hesti menjawab, Empat orang Pak!Aku
tidak terlalu terkejut dengan pengakuan Hesti ini, tetapi karena aku tak
terlalu tertarik dengan Hesti, maka aku tidak berusaha untuk
mengajaknya untuk main, aku hanya ingin mengetahui keadaan Hesti luar
dalam dan nantinya memberi dia duit agar supaya kalau tokh dia tidak
kuterima maka aku tidak dituntutnya macam-macam. Dari laci mejaku
kukeluarkan sebendel uang limapuluh ribuan senilai 5 juta rupiah, aku
berkata kepada Hesti, bahwa aku ingin melihat dia membuka pakaiannya
agar aku dapat lebih mengenal dia secara nyata, untuk itu akan kuberikan
uang 5 juta rupiah yang ada di depannya itu. Kalau nanti dia diterima,
maka uang itu tetap menjadi miliknya, sedangkan kalau tidak maka uang
itu sebagai hadiah dariku. Hesti ternganga mendengar perintahku yang tak
pernah didengarnya itu, tetapi ia benar-benar siap untuk apapun
rupanya.Dengan agak gemetar ia berdiri dan mulai membuka pakaiannya satu
persatu, aku hanya duduk saja di depannya. Seperti yang kuduga buah
dada Hesti cukup montok untuk badan ceking seperti itu, ketiaknya juga
bersih mulus tanpa bulu selembarpun, ketika BH-nya dilepas, tampaklah buah dadanya yang kelihatannya sudah agak
mengendur dan penuh dengan kecupan merah. Dari situ aku yakin kalau
Hesti ini doyan main! Ketika Hesti membuka rok dan sekaligus celana
dalamnya, penisku agak tegang juga, karena selangkangan Hesti ditumbuhi
dengan bulu yang cukup rimbun. Setelah telanjang, Hesti berdiri mematung
di depanku sambil tersenyum dan menunduk. Aku berdiri mendekati dia dan
menyentuh susunya yang kurasakan agak empuk begitu juga dengan
pantatnya, ketika kuraba bulu vaginanya, Hesti merangkulku seperti orang
yang kaget. Aku diam saja, hanya jariku yang mulai menyelinap di antara
celah pahanya mencari liang vaginanya. Hesti mengerang ketika jariku
menyentuh clitorisnya, tangannya meremas-remas bahuku tanpa berkata
apa-apa. Aku merasa semuanya sudah cukup, maka aku kembali duduk di
kursiku dan kusuruh dia kembali berpakaian.Setelah kuberikan uang dalam
amplop itu, kuucapkan terima kasih dan kuminta Hesti menunggu kabar dari
personalia. Hesti juga mengucapkan terima kasih dan meninggalkanku.
Setelah itu masuk berturut-turut, Meity, Retno, Onny dan Ratih yang
perkiraan Lenny masih perawan. Meity, Retno maupun Onny semuanya juga
kuberi hadiah 5 juta rupiah setiap kali mereka telanjang bulat di
depanku, semuanya berbadan bagus dengan susu yang montok, benar-benar
berat bagiku untuk menahan diri menghadapi vagina yang masih muda dan
segar seperti milik mereka itu. Ketika Onny telanjang di depanku aku tak
tahan untuk tak menciumi vaginanya yang berwarna merah muda itu,
kujilati clitorisnya sampai Onny merintih-rintih, begitu juga dengan
Retno yang sempat merasakan tusukan penisku meskipun hanya sampai dasar
dan segera kucabut kembali. Ratih yang diduga Lenny perawan ternyata
juga sudah tak perawan, justru cewek satu ini yang berani
terang-terangan mengajakku untuk main tetapi aku ragu-ragu karena aku
hanya mau main dengan calon pegawai yang betul-betul akan kuterima saja,
yang lainnya cukup main-main saja.Kesabaran dan ketahananku akhirnya
berbuah juga, ketika calon sekretarisku yang bernama Wulan masuk, aku
merasakan kalau inilah cewek yang tepat untuk mendampingi Lenny sebagai
sekretaris, mataku dengan tak sungkan-sungkan melahap wajah dan tubuh
Wulan yang tinggi besar itu. Wajahnya cantik dengan tipe Jawa, hidungnya
mancung dan kulitnya putih, bibirnya sangat sensual dengan lipstick
merah tua. Blousenya yang berpotongan rendah dilapisi jas berwarna biru
tua, sepintas aku dapat melihat lekuk buah dadanya yang dalam menandakan
kalau buah dada pemiliknya montok. Dari penampilannya, sepertinya cewek
yang satu ini alim, tetapi aku yakin kalau sebenarnya dia ini super hot
dan sangat sesuai dengan seleraku. Pandanganku yang jalang itu, tidak
membuat dia rikuh, malah dia tersenyum manja waktu mengulurkan tangannya
untuk bersalaman, tangannya empuk dan hangat sekali, begitu juga dengan
suaranya yang agak bernada bass itu. Semuanya sangat memuaskan
seleraku, hanya sekarang tergantung bagaimana aku dapat mengolah agar
dia dapat aku sikat dan selanjutnya akan kupakai untuk membantu Lenny.
Pikiranku sudah membayangkan kalau mereka berdua aku sikat sekaligus
diruang ini, pasti asyik.Setelah berbasa basi dengan menanyakan beberapa
hal yang sifatnya formil, aku mulai menanyakan hal hal yang sensitif,
karena begitu bernafsu akau merasakan kalau suaraku agak gemetar, tetapi
justru yang kulihat Wulan malah tersenyum melihat gayaku itu.Wulan
keberatan nggak kalau saya tanya hal hal yang sifatnya pribadi, karena
sebagai tangan kanan Bapak, tentunya Bapak juga ingin tahu hal hal
seperti itu. Tentu saja boleh Pak, silakan Bapak tanya apa saja!, Aku
menelan ludah mendengar jawaban Wulan yang menantang itu. Wulan
tingginya berapa ya?. Seratus tujuh puluh enam senti Pak. Berapa ukuran
vital Wulan?. Dada 36, pinggang 30, pinggul 38, Aku tersenyum mendengar
ukuran vitalnya yang hebat itu, Wulan juga menyeringai melihat aku
tersenyum itu. Masak dada Wulan sebesar itu, kelihatannya kok nggak ya!.
Benar kok Pak, Wulan nggak bohong, jawabnya mengajuk. Coba Wulan buka
jasnya, biar Bapak bisa melihat lebih jelas!.Tanpa ragu-ragu Wulan
berdiri dan melepas jasnya, ternyata Blouse Wulan tak berlengan sehingga
aku dapat melihat lengannya yang putih mulus itu. Memang setelah Wulan
hanya memakai blouse, baru kelihatan kalau susunya memang besar. Ketika
kusuruh Wulan mengangkat lengannya, kelihatan juga kalau ketiaknya penuh
bulu yang sangat aku sukai. Aku makin bernafsu melihat tubuh Wulan yang
sip ini, tetapi aku masih harus berusaha agar Wulan benar benar dapat
kutiduri, karenanya aku masih harus terus berusaha. Apakah Wulan pernah
melihat blue film?. Pernah Pak. Sering?. Sering. Coba ceritakan pada
Bapak apa yang kamu sukai kalau nonton blue film itu!Wulan pertamanya
agak ragu untuk menjawab, tetapi akhirnya keluar juga jawabannya. Wulan
senang kalau mereka melakukan adegan pemanasan, dan juga melihat mimik
muka ceweknya kalau puas! Aku rasanya sudah tak tahan lagi ingin
menubruk Wulan, tetapi aku masih menahan diri. Wulan, coba ya behanya
dilepas, Bapak ingin melihat buah dada Wulan!. Apa blousenya juga
dilepas Pak?. Terserah!.Kembali Wulan berdiri, dia dengan tenang membuka
blousenya serta kemudian melepas pengait behanya. Benar-benar fantastis
payudara Wulan, besar, montok, putih namun sedikit kendor. Aku sejenak
terpana memandangnya, tetapi aku langsung dapat menguasai diriku dan
berdiri dan berjalan memutari mejaku mendekati Wulan. Tanpa ragu kedua
tanganku langsung meremas payudara Wulan dengan lembut. Wulan hanya diam
saja, merasakan empuknya payuadara Wulan aku tahu kalau dia sudah tidak
gadis lagi. Remasan tanganku ke payudara Wulan menyebabkan puting
susunya mulai mengeras, aku menyelusupkan tanganku ke ketiaknya dan
mengangkat lengannya tinggi-tinggi, kuperhatikan ketiaknya yang penuh
dengan bulu hitam itu dan tanpa sadar aku sudah menciuminya.Saat itulah
Wulan mulai mendesah kegelian, aku terus menciumi bulu ketiaknya yang
berbau harum oleh karena deodorant itu untuk kemudian ciumanku mulai
mengarah keputing susunya. Wulan dengan agak berbisik berkata, Pak,
nanti ada yang melihat lho, Wulan takut!, Aku mana peduli dengan semua
itu. Justru sambil mengulum puting susunya aku mulai melepaskan rok yang
dipakainya. Dengan mudah kulepaskan rok bawah Wulan demikian juga
dengan celana dalamnya, ketika kuraba selangkangan Wulan dapat kurasakan ketebalan bulu
vaginanya di telapak tanganku, ketika jariku menyelinap ke dalam
vaginanya. Wulan makin menggelinjang dan meremas pundakku tanpa bersuara
sedikitpun. Karena aku tahu waktuku hanya sebentar, maka aku
menghentikan ciumanku dan mulai melepasi pakaianku sendiri. Wulan hanya
berdiri saja melihat aku melepaskan semua pakaianku itu, matanya
terbeliak ketika kulepas celana dalamku sehingga penisku tersembul
keluar. Dengan terbata-bata ia berkata Pak saya takut Pak, punya Bapak
besar sekali, nanti nggak cukup lho Pak, saya baru beberapa kali
bersetubuh! Aku berbisik agar ia tak takut karena aku akan hati hati dan
kujamin dia tak merasa sakit.Kubaringkan Wulan di sofa yang ada di
kantorku, dan aku kembali ke mejaku. Tanpa diketahui Wulan aku memejet
interkom untuk memanggil Lenny, Lenny yang telah mengerti dengan kode
dari aku segera masuk ke ruanganku dengan tenangnya. Tetapi lain dengan
Wulan yang langsung meloncat kaget dengan wajah pucat pasi dan
kebingungan mencari penutup tubuh.Wulan nggak usah takut, tokh nanti
kalau kamu kerja juga bersama dengan Mbak Lenny, jadi rahasiamu juga
jadi rahasia Mbak Lenny ya?., Wulan hanya diam saja dengan wajah merah
menatap Lenny yang tersenyum manis kepadanya. Ketika kutanyakan dimana
kondom yang kubutuhkan, Lenny mengeluarkannya dari saku dan membukanya
untuk kemudian dengan berjongkok ia memasangnya di penisku yang sudah
berdiri kaku itu, karena memang tujuannya agar supaya Wulan tidak rikuh
dengan dirinya, Lenny secara sengaja mengulum penisku dulu sebelum
memasang kondom bahkan dengan demonstratif ia menelan seluruh penisku
hingga tinggal pelirku saja. Wulan memandang semua itu dengan wajah
merah padam, entah karena malu atau karena nafsunya yang sudah naik.
Yang pasti ia diam saja ketika Lenny duduk di atas meja kerjaku
sementara aku mendekatinya, kurenggangkan kaki Wulan sehingga vaginanya
kelihatan merekah merah tua.Pelan-pelan kusapukan lidahku kepinggir
vagina Wulan, Wulan langsung mendesah dan mendorong kepalaku, aku diam
saja malahan kuteruskan jilatanku pada clitorisnya yang bulat itu, Wulan
merintih rintih kegelian, tanganku tak tinggal diam juga ikut meremas
remas susunya yang montok itu. Wulan dengan gemetar meraih penisku dan
diremasnya penisku dengan gemas sekali. Aku juga kasihan melihat Wulan
yang demikian kebingungan karena merasakan kegelian yang luar biasa itu,
tetapi tujuanku sebenarnya agar dia tak terlalu merasa sakit bila
penisku yang gede itu menembus vaginanya.Langsung saja aku mengarahkan
penisku ke liang vaginanya yang sudah basah kuyup dan merekah itu,
ketika kulihat ujungnya sudah terselip diantara bibir vagina Wulan,
pelan-pelan kutekan masuk. Wulan menggigit bibirnya sementara tangannya
memegang pantatku entah mau menahan atau malahan mendorong, yang pasti
penisku dengan pelan berhasil juga masuk seluruhnya ke dalam liang
vaginanya. Vagina Wulan terasa legit sekali, rasa hangat yang menjepit
penisku membuat aku menggigit bibir karena enaknya. Tetapi seperti yang
kuduga, Wulan kurang berpengalaman dalam persetubuhan, karena meskipun
penisku sudah mentok menyentuh leher rahimnya, ia diam saja bahkan
menutup matanya.Aku berbisik di telinganya agar Wulan juga menggerakkan
pantatnya, tetapi Wulan tetap diam saja. Gerakan penisku naik turun
membuat vagina Wulan bertambah basah dan becek, aku benar-benar kecewa
dengan vagina Wulan ini, rasanya aku kepengen mencabut penisku dan
berpindah ke vagina Lenny yang pasti lebih pulen dibanding punya Wulan
itu, tetapi aku tak mau melukai perasaan Wulan. Dengan agak tergesa-gesa
aku mempercepat genjotanku agar aku segera mencapai puncak
kenikmatanku, tetapi dasar masih belum berpengalaman, tiba-tiba saja
Wulan merintih keras, sementara kurasakan vaginanya mengejang. Rupanya
Wulan sudah mencapai puncak kepuasannya, badannya berkeringat dan
kakinya erat melingkar dipantatku. Dengan beberapa sentakan lagi, akupun
memuntahkan air maniku yang tertampung dalam kondom yang kupakai.
Begitu rasa geli mulai hilang dari ujung penisku, aku segera mencabut
penisku dan kusuruh Lenny mengajak Wulan untuk keluar dari ruanganku.
Lenny tersenyum melihatku, ia tahu bahwa aku kurang puas dengan
permainan Wulan, pasti nantinya Lenny harus bekerja keras untuk mendidik
Wulan agar tahu seleraku dalam bermain main! Kuingatkan Lenny agar tak
lupa memberi Wulan uang serta memanggilnya lagi untuk masuk kerja
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar